Friday, September 24, 2010

Vladimir Lenin

Oleh Syafiq A. Mughni

Dalam sejarah Komunisme nama Lenin sangat dikenal. Vladimir Ilyich Ulyanov Lenin adalah seorang pemimpin politik yang paling berperan dalam perjalanan Komunisme di Rusia, dan bahkan pe­nyebaran ajaran itu di seluruh clunia. la lahir di Simbirsk (kini Ulyanovsk) pada tahun 1870. Ayahnya seorang pegawai negeri yang patuh, tetapi kakaknya Alexander adalah seorang radikal yang dijatuhi hukuman coati karena terlibat dalam komplotan untuk membunuh raja Tsar.

Pada umur 23 tahun Lenin su­dah menjadi seorang Marxis yang bersemangat. Pada December 1895 dia dipenjara selama 14 bulan oleh pemerintah Tsar karena kegiatan reNolusionernya. Sesudah itu dia dibuang ke Siberia selama tiga tahun. Masa pembuangannya berakhir bulan Februari 1900 dan beberapa bulan ke­mudian Lenin melakukan perjalanan ke Eropa Barat selama kurang lebih 17 tahun. Tatkala Partai Buruh Sosial­Demokrat Rusia pecah menjadi dua bagian, Lenin menjadi pimpinan pecahan yang Bolsheviks.

Perang Dunia I membawa malapetaka bagi Rusia clan akibatnva menambah ketidakpuasan rakyat kepada Dinasti Tsar. Aihimya pemerintah Tsar ini cligulingkan di bulan Maret tahun 1917. Mendengar kejatuhan Tsar, Lenin pulang ke Rusia clan merebut kekuasaan sementara dari tangan partai-partai demokratis. Di bawah komando Lenin, Bosheviks kemudian berkuasa dan menjadikan Komunisme sebagai ideologi negara. Pada Nopember 1917 Lenin menjadi kepala negara bare. Di bulan Mei 1922 Lenin sakit keras sehingga praktis tidak bisa berbuat apa-apa sampai meninggal pada 1924. Jasadnva dibalsem dan dibaringkan di musoleum di Lapangan Merah hingga saat ini.
Di bawah Lenin, Uni Soviet adalah negara pertama yang memiliki ideologi menghilangkan agama clan digantikan dengan atheisme (tidak bertuhan). Rezim komunis menutup, dan bahkan menyita tempat ibadah, seperti masjid dan gereja, menghina agama, melecehkan pemeluk agama, clan menga­jarkan atheisme di sekolah. Atheisme negara dikenal dengan `gosateizm', yang didasarkan atas ideologi Marxisme-Leninis­me. sebagai pendiri Negara Uni Soviet, Lenin mengatakan, dengan mengutip kata-kata Marx, "Agama adalah candu bagi rakyat". Ini merupakan pangkal seluruh ideologi Maxismetentang agama. Selumh agama modern, dan seluruh macam organisasi agama dipandang sebagai kaki-tangan borjuis, kaki-tanga digunakan untuk mempertahankan eksploitasi terhadap kaum buruh.

Maxisme-Leninisme secara terus­menerus menguasai, menekan dan akhirnya ingin menghapus agama. Dalam masa satu tahun revolusi, Negara telah menyita aset masjid dan gereja. Pada masa 1922 sampai 1926, lebih dari 28 pemimpin agama (Islam dan Kristen Ortocloks) dan 1.200 ulama clan pendeta dibunuh. Menurut data tahun 1980-an, Islam adalah agama kedua terbesar di Uni Soviet, yakni antara 45-50 juta orang. Sebelum revolusi 1917 ada 25.000 masjid, clan tinggal 500 pada tahun 1980-an. Pemeritah Soviet melarang kegiatan agama di luar masjid atau madrasah.

Seluruh masjid, madrasah san media Islam diawasi secara ketat oleh direktorat agama yang didirikan oleh penguasa Soviet. Namun demikian, orang-orang Muslim tetap berjuang se­cara sembunyi-sembunyi. Mereka berkumpul di warung-warung kopi dan rumah-rumah pribadi bersama guru-guru mereka. Mela­lui cara inilah ajaran Islam dan tradisinya bisa bertahan.

Dengan perubahan yang terjadi pada 1991, kondisi umat Islam ikut berubah. Uni Soviet bubar, beberapa wilayah menyatakan kemerdekaannya, clan sebagian lagi berada di dalam Federasi Rusia. Lenin dikritik, clan masjid-masj id mulai berfungsi. Orang-orang Muslim diperkenankan pergi haji. Kegiatan agama mulai menggeliat.

Fenomena itu memberikan pelajaran penting. Agama adalah fitrah manusia, yang bisa ditekan, tetapi tidak bisa di­hilangkan. Dalam situasi yang longgar akan bangkit kembali. Komunisme-Leninisme telah terbukti gagal dalam mense­jahterakan manusia baik secara lahiriyah maupun batiniyah juga karena bertentangan dengan fitrah manusia. Totalitarian­isme juga telah terbukti gagal karena bertentangan fitrah ma­nusia, yakni keragaman dalam bahasa, budaya, ekonomi dan keyakinan. Orang akhimya sadar atas kegagalan Leninisme dan kemudian mosolium tempat jasad Lenin disemayamkan di Kremlin sekarang ini telah ditutup; tidak bisa lagi dikunjungi seperti dulu. Yang patut dikagumi adalah produktivitasnya, yakni menulis 55 jilid buku, di tengah-tengah kesibukannya mengurus negara.

No comments:

Post a Comment