Oleh: Djoko Pitono
Orang-orang banyak mengenalnya, setidaknya lewat media massa. Mereka memang tokoh. Ada Irfan Bachdim, bintang bola yang dipuja jutaan penonton wanita. Ada Anies Baswedan, intelektual kelas dunia yang juga Rektor Universitas Paramadina. Lalu juga Fadel Mohammad, Menteri Perikanan dan Kelautan.
Dalam beberapa tahun terakhir, nama-nama beken lainnya adalah Habib Rizieq (Ketua Umum Front Pembela Islam, FPI), Abubakar Ba'asyir (Ketua Majelis Mujahiddin Indonesia, MMI), Munir (tokoh LSM yang dibunuh karena kritik-kritiknya). Orang pasti juga mengenal presenter kondang Najwa Shihab, pesinetron Shireen Sungkar, atau Sechah Salem Sagran alias Silvalay Noor Atha, istri Raul Lemos, pengusaha asal Timor Timur yang tergila-gila pada aktris Krisdayanti. Ada juga A chmad Albar(bintang gaek musik rock), Helmy Sungkar (promo-tor balap mobil), Moch Barmen (tokoh bola nasional).
Nama-nama tokoh generasi sebelumnya juga berderet, antara lain Fuad Bawazier, Ali Alatas, Fuad Hasan, Alwi Shihab, Quraish Shihab, Said Agil Al-Munawar, Saleh Afif dan sebagainya.
Profesi mereka memang beragam. Orientasi politik dan sikapnya juga berbeda-beda, mulai yang ekstrem kiri, ekstrem kanan, maupun yang berada di tengah. Tutur katanya ada yang lembut menyejukkan dan membesarkan hati. Ada pula yang meledak-ledak, memperingatkan dan bahkan dengan nada mengancam. Tetapi asal-usul keluarganya sama, yakni sama-sama punya akar di Hadramaut, sebuah wilayah padang pasir di Yaman, negeri di bagian selatan jazirah Arab. Nenek moyang mereka memang orang-orang Arab Hadramaut yang umunmya datang ke negeri ini untuk berdagang.
LWC Van Den Berg, dalam bukunya Hadramaut Dan Koloni Arab di Nusantara yang terbit pertama kali dalam bahasa Belanda pada 1886, yang disebut Hadramaut adalah seluruh pantai Arab Selatan, sejak Aden hingga Tanjung Ras al-Hadd.
Menurut M. Anis, wartawan keturunan Arab yang pernah berkunjung ke Hadramaut, ada yang mengartikan kata Hadramaut berasal dari kata hadra yang berarti hadir, dan maut. Jadi siapa yang hadir ke sana akan menemui maut, karena lingkungan alamnya yang panas tak bersahabat. Namun, ada juga yang menyebut Hadramaut berasal dari nama seorang tokoh legendaris yang tak diketahui asal-usulnya. "Hadramaut, tokoh itu, hanya dipercaya sebagai keturunan Ya'rub, cucu Nabi Hud yang melakukan babat alas di wilayah selatan jazirah Arab yang kering kerontang itu," begitu tutu Anis yang kini menjadi Pimred Situs Web Kemenpora.
Dari buku Van Den Berg kita tahu bagaimana kerasnya perjuangan para lelaki Hadramaut untuk bisa datang ke Indonesia. Dari kota-kota pedalaman di Hadramaut, mereka harus berjalan kaki ratusan kilometer ke kota kawasan pantai (pelabuhan), sebelum akhirnya naik kapal berbulan-bulan lamanya sebelum tiba di negeri ini.
Imigran Arab diperkirakan tiba di negeri ini setelah abad ke-17. Mereka tinggal di kota-kota pantai Jawa seperti Batavia (Jakarta), Cirebon, Pekalongan, Tegal, Semarang, Gresik, Surabaya, Bangil, dan sebagainya. Di antara mereka juga tinggal di kota pedalaman seperti Solo dan Yogyakarta. Mereka datang tanpa isteri, kemudian kawin dengan perempuan setempat hingga beranak-pinak.
Salah satu kota yang memiliki penduduk peranakan Arab dalam jumlah besar adalah Surabaya. Umumnya mereka adalah para pedagang, dan sebagian kecil ulama. Namun setelah tahun 1960-an, profesi mereka mulai beraneka ragam. Ada yang menjadi guru dan dosen, bahkan meraih gelar doktor dan menjadi profesor, yang membuatnya bisa jadi menteri, gubernur, dan lain-lain.
Dalam nukilan kisah dari Surabaya, salah satu yang menarik adalah kemakmuran orang-orang peranakan Arab di masa lalu. Mereka adalah pemilik bangunan dan properti di banyak jalan-jalan protokol Surabaya, juga di sekitar Ampel dan Nyamplungan. Orang-orang kaya keturunan Arab yang terkenal antara lain adalah orang-orang dengan marga Bobsaid, Martak, Baagil, dan Baswedan.
Mereka biasanya berdagang kain batik dan sarung, kemudian berkembang dengan berdagang tegel dan kitab-kitab yang diimpor dari Mesir. Kemakmuran mereka tersebut banyak mengalami kemerosotan dengan datangnya tentara Jepang. Masa penjajahan bangsa ini benar-benar memukul mereka.
Keadaan itulah antara lain yang ikut berperan mengembangkan profesi orang-orang keturunan Arab dari Hadramaut itu.
No comments:
Post a Comment