Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. Pengertian ini memberikan gambaran betar a pendidikan hams berorientasi pada pengembangan potensi siswa. Dengan meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki potensi istimewa yang telah dianugerahkan Allah maka sesungguhnya tidak ada siswa yang dapat dikategorikan `bodoh'.
Secara jujur hams diakui bahwa budaya masyarakat masih menempatkan capaian prestasi akademik di atas prestasi non-akademik. Pemerintah dalam berbagai kebijakan juga turut menyuburkan pola pikir tersebut. Sebagai contoh dapat diamati dari perhatian pemerintah yang luar biasa terhadap ujian nasional. Dalam perspektif pendidikan, ujian nasional jelas merepresentasikan keinginan mengukur capaian akademik dan mengabaikan capaian non-akademik. Kebijakan ini jelas kurang bersahabat pada siswa yang memiliki bakat luar biasa di bidang non-akademik, seperti olahraga dan kesenian.
Rasanya sudah saatnya kebijakan pemerintah diarahkan untuk memberikan penghargaan secara proporsional terhadap prestasi akademik dan non-akademik. Sebab, dua jenis prestasi tersebut sama-sama dibutuhkan untuk sukses hidup. Siswa yang memiliki keunggulan akademik jelas bermanfaat bagi diri, masyarakat, bangsa, dan negara. Siswa yang termasuk kategori ini berpeluang menjadi ilmuwan dan peraih nobel di bidang sains. Tetapi, prestasi non-akademik juga tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebab, siswa yang memiliki keunggulan di bidang non-akademik berpeluang menjadi orang yang sukses di bidangnya.
Tidak diragukan lagi bahwa profesi sebagai saintis samaterhormatnya dengan atlet dan pekerja seni. Karena itu tidak salah jika dikatakan bahwa Profesor Habibie (ilmuwan), Rudi Hartono (olahragawan), dan EmhaAinun Najib (pekerja seni), merupakan orang yang sukses di bidangnya masing-masing. Bahkan tren sekarang menunjukkan bahwa profesi olahragawan dan pekerja seni mulai mendapat penghargaan yang luar biasa. Hal itu dapat dilihat dari apresiasi kelompok profesional terhadap atlet dan pekerja seni.
Untuk melahirkan olahragawan dan pekerja seni yang profesional jelas diperlukan langkah yang strategic. Salah satu altematif yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan sekolah berkeunggulan olahraga dan kesenian. Tetapi, minat masyarakat terhadap sekolah jenis ini masih kurang. Karena itu perlu dilakukan kajian mendalam sehingga dapat membantu untuk mendongkrak minat masyarakat pada sekolah olahraga dan kesenian. Dalam kaitan ini pemerintah perlu mengambil peran untuk membantu sekolah-sekolah yang memproduk atlet dan pekerja seni. Bahkan jumlah sekolah yang bertipe ini hams ditambah sehingga masyarakat memiliki banyak pilihan untuk menyalurkan bakat dan potensi anak.
Sekolah yang tidak menekuni olahraga dan keseMan juga perlu diwajibkan untuk mengembangkan pembelajaran anak di bidang olah fisik dan olah rasa. Selain itu, pemerintah hams tetap menyelenggarakan even olahraga dan seni secara periodik dengan melibatkan anak-anak untuk merangsang pembinaan olahraga dan keseniari di sekolah. Sudah saatnya dikembangkan pemahaman bahwa untuk sukses hidup seseorang tidak hams menjadi pegawai negeri, birokrat, ilmuwan, dan legislator. Ketersediaan lapangan pekerjaan di bidang ini jelas sangat terbatas. Jika ada fasilitas dan keinginan yang kuat, maka menjadi olahragawan dan pekerja seni profesional pun dapat mengantarkan diri sukses dalam hidup.
Bagaimana dengan sekolah Muhammadiyah? Menjawab pertanyaan ini, kita layak bersyukur karena memiliki SMP Muhammadiyah 2 Surabaya yang telah menentukan brand sebagai sekolah pencetak atlet. Bahkan sejak 2010, sekolah ini dipercaya Kementerian Pendidikan Nasional untuk menyelenggaran kelas olahraga. Rasanya 'virus' civitas SMP Muhammadiyah 2 Surabaya layak disebarluaskan.
Namun, yang juga perlu dijawab adalah; kapan ada sekolah Muhammadiyah yang mampu mencetak pekerja seni handal? Pertanyaan ini layak dijawab karena salah satu kritik terhadap Muhammadiyah adalah karena dianggap anti kebudayaan. Bahkan secara berkelakar dapat dikatakan bahwa satu-satunya seni yang dimiliki Muhammadiyah adalah seni bela diri tapak suci putera Muhammadiyah.
Menegakkan dan Menjunjung Tinggi Agama Islam terwujud Masyarakat Islam yang Sebenar-benarnya.
No comments:
Post a Comment