60 Tahun Indonesia-China
Islam di Indonesia memang kaya akan budaya. Bagi China, belajar Islam di Indonesia lebih sreg secara sosio-kultur. Selain sama-sama Asia, hubungan diplomatik keduanya sudah berjalan 60 tahun.
Beberapa pekan lalu, Vice of President China Islamic Association Ibrahim Hong Changyou serta Konjen China di Surabaya, Wang Huang Geng berkunjung ke kantor PWM Jatim. Mereka datang dalam rangka membincang persoalan Islam, baik di Indonesia maupun di China. Kunjungan ini sekaligus sebagai rangkaian dari perayaaan peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dengan China.
Pada pertemuan bersama PWM Ja¬tim Senin (19/8), Hong Changyou juga menyinggung peristiwa kekerasan pada Muslim Uighur di kawasan Xinciang. Menurutnya, findak kekerasan di Xinciang tidak tejadi tiba-tiba. Akar penyebabnya adalah ketegangan etnis antara warga Uighur Muslim dan warga China etnis Han. Namun, keberadaan Asosiasi Islam China sangat berperan dalam memediasi konflik ini. Dengan membuka ruang dialog antara warga muslim Uighur dan warga emis Han merupakan salah bentuk kepedulian umat Islam untuk menyelesaikan persoalan ini. "Kami turut membuka ruang dialog bagi kekerasan Muslim Uighur. Sebab, hanya dengan jalan ini pertentangan ini bisa diselesaikan," ungkap Hong Chang You.
Seusai pertemuan di PWM, berbagai agenda kegiatan telah dipersiapkan oleh Konjen China di Surabaya. Mulai pertunjukan kesenian dan budaya sampai upayanya meyediakan ruang dialog bagi berbagai organisasi Islam di Jawa Timur. "Indonesia adalah negara yang mutikultur serta mayoritas penduduknya beragama Islam, maka sangat sesuai bila mengenali berbagai budayanya dan belajar Islam di sini," tutur Hong Changyou.
Puncaknya, kedua elemen itu menyelenggarakan acara malam tukar Beni-budaya (20/7), di Gedung SIBEC ITC Mega Grosir, Surabaya. Yang terasa istimewa. acara itu dibuka oleh tari Kip-rah Glipang, karya ciptaan Wakil Ketua Lembaga Seni dan Budaya Pimpinan Daerah (PDM) Kabupaten Probolinggo, Soeparmo. Tari kolosal ini diperagakan oleh siswa-siswi SD Muhammadiyah Pro¬bolinggo dengan penuh penghayatan dan atraktif. Selain itu juga ada kesenian duty budaya Xinciang dan Ningxia yang turut meramaikan acara. Agenda ini diseleng¬garakan atas ker agama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim dengan Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya.
Turut hadir pula Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin vang didaulat untuk memberikan sambutan. "Saga sangat senang dengan acara ini, mudah-mudahan hubungan kaum Muslim Tionghoa-Indonesia akan semakin erat sehingga bisa menjadi tauladan bagi yang lain," tuturnya. Islam juga punya potensi berkembang di negeri bambu ini.
Menurut Hong Changyou, pada tahun 2003 jumlah muslim di China mencapai 22 juta jiwa. Dan kini telah mempunyai sekolah Islam di berbagai tingkat pen¬didikan, terutama tingkat pendidikan tinggi. Sementara organisasi Islam tingkat nasional masih satu yaitu Asosiasi Islam China ini yang bermarkas di Beijing. Akan tetapi, untuk tingkat Propinsi telah berkisar lima ribuan.
Selain itu, tambah Hong, sikap pemerintahan China yang egaliter terhadap semua agama memberi porsi besar umat Islam untuk berperan. "Keberadaan Islam mempunyai sumbangsih besar dalam membangun peradaban China. Islam semakin dipandang sebagai agama yang toleran dan banyak memberi manfaat bagi pendidikan di sang," kata Hong.
Proses perkembangan umat Islam di China bisa dibilang unik. Masyarakat China yang mayoritas (atheis) ini, banyak menikah dengan orang Islam dan selanjutnya mereka menjadi mu'alaf. Bahkan saat ini, Islam menjadi agama terbesar kedua setelah Buddha. Namun, bagaimanapun negara ini tetap didominasi penduduk yang tidak beragama.
Jumlah umat Islam tertinggi berada di kawasan Timur yaitu Propinsi Xin-ciang, - yang merupakan daerah otonomi di China dengan j umlah muslim berkisar 11 juta jiwa -, akan tetapi kebanyakan budaya dan kesenian banyak bermunculan dari umat Islam yang berada di kawasan Barat China yaitu Propinsi AnHui seperti Barong Sai, Cap Gomeh, dan lainnya. Uniknya, kini kebudayaan ini tengah banyak dinikmati kalangan tradisional di Indonesia. Bahkan, kesenian-kesenian tersebut Bering kali ditampilkan beriringan dengan tari-tarian milik Indonesia.
No comments:
Post a Comment