Oleh: Nadjib Hamid
Perjalanan saya ke Bondowoso Senin lalu (20/12), menyisakan keprihatinan yang sangat mendalam. Di Kota Bondowoso, saya diajak oleh Ketua PDM Basuki Rohani, shalat Ashar di Masj id Al-Huda. Masj id kebanggaan Nvarga Persyarikatan di Kota Tape yang kabamva sudah mulai direhab sejak Agustus 2008, itu hingga kini belum rampung. Kondisinya sangat memprihatinkan. Lingkungan sekitarnya juga kurang terawat. Padahal masjid ini menjadi pusat kegiatan dakwah. Di sekitar masjid, saya juga menyaksikan kondisi bangunan sekolah dan panti asuhan yang tidak kalah merana.
Usai shalat Ashar, saga diajak pertemuan dengan sekitar duapuluh pengurus daerah. Dalam pertemuan itu, hampir semua pengurus menyampaikan keluhan tentang kondisi Persyarikatan. Dari enam cabang yang selama ini dibina, dua cabang coati. Kemudian terbentuk dua cabang baru lagi, kondisinya juga setali tiga uang. Praktis hanya tinggal empat cabang yang bisa diandalkan dari duapuluh kecamatan yang ada. Aural usahanya demikian pula, kecuali satu yang agak membanggakan, TK ABA. Maka jangan dibayangkan PDM maupun PDA punya sekretariat dengan perangkat kantor yang mumpuni sebagai gerakan pembaharuan.
Kondisi yang agak sedikit lebih baik, walau juga tetap memprihatinkan, saga rasakan di PDM Sampang. Saya rebut sedikit lebih baik karena ada Pondok Pesantren Persatuan Islam di Camplong. Pesantren yang dirikan tokoh Muhammadiyah, Haji Sutarjo, ini kontribusinya lumayan bagus dalam penyediaan sumberdaya manusia. Namun tetap saja, dari waktu ke waktu i um I ah cabang dan rantingnya tidak bertambah. Anggotanya kurang jelas, amal usahanya hanya TK ABA.
Agak berbecla dengan ketika saya berkunjung ke Kabupaten Kediri pada Sabtu sebelumnya (18/12). Saya diterima di kantor PDM yang lumayan megah, yang di dalamnya seclang berlangsung Rapat Anggota, Koperasi Jasa Keuangan atau KJK. Tidak ada keluhan dari pengurusnya, bahkan diceritakan telah ada 7 toko Surya Mart dan 1 distributor yang baru diresmikan Ketua Umum PP Muhammadiyah, setelah peresmian beberapa rumah sakit. Pokoknya menyenangkan.
Namun sayang, kantor semegah clan sebagus itu belum didukung dengan perangkat clan pengelola yang memadai. Segala urusan kantor, mulai dari yang strategic hingga yang paling teknis, diurus sendiri oleh pimpinan Persyarikatan. Alasannya, tidak memiliki dana operasionalyang cukup untuk menggaji pegawai. Sehingga tentu saja kedodoran, kalah cepat dengan tuntutan lapangan.
Kondisi semacam ini sayajumpal di banyak daerah. Ada beberapa daerah yang amal usahanya lumayan berkembang, tapi Persyarikatannya ticlak berdaya dan lambat merespon masalah. Padahal amal usaha itu adalah alas dakwah Persyarikatan, yang dengan demikian, jika bersinergi hasilnya akan lebih hebat. Untuk memenuhi kebutuhan peningkatan kinerja kantor PDM misalnya, para pimpinan amal usaha bisa diminta memperbantukan satu atau dua stafnya untuk clikaryakan di Kantor PDM berikut perangkat-perangkatnya.
Langkah-langkah sinergis ini penting dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan eksternal yang melaju sangat pesat. Kita tidak boleh merasa bisa menyelesaikan masalah sendiri tanpa dukungan selama. Khusus terhadap daerahdaerah yang selama ini stagnan clan tertinggal seperti Sampang, Pacitan, dan Bondowoso serta beberapa lainnya, Pimpinan Wilayah tidak bisa ticlak, harus turun tangan melakukan intervensi kebijakan dalam rangka memacu percepatan kemajuannya sehingga ticlak terlalu kalah jauh dengan daerah lainnya. Sekali lagi, kita memerlukan kemajuan yang relatif setara di antara satu daerah dengan daerah lainnya. Dan saat inilah momentum yang tepat, karena bersamaan dengan penyelenggaraan Musyawarah Daerah (Musyda) di 38 Pimpinan Daerah.
Diharapkan dari Musyda ini lahir program clan pemimpin baru yang prokemajuan, dan tidak potensial konflik. Situasi kondusif ini penting untuk dijaga, mengingat tantangan dakwah Muhammadiyah kian hari kian berat saja. Banyak hal yang harus dilakukan segera pasca Musyda, mulai dari konsolidasi organisasi clan pengembangan amal usaha, hingga pembinaan anggota dan pelayanan masyarakat pada umumnya.
Pada periode ini ada sejumlah pimpinan daerah di Jawa Timer yang ketuanya telah dijabat oleh orang yang sama dua kali periode. Seperti Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Lumajang, Jember, Sumenep, Ngawi, Malang Kabupaten dan Kota. serta Kediri Kabupaten dan Kota. Dalam konteks ini, berdasarkan konstitusi organisasi, harus ada regenarasi. Oleh karena itu, p H *hlah calon yang benar-benar bisa diajak untuk berpacu dalam mempercepat perkembangan Muhammadiyah di daerah. Selamat bermusyda.
No comments:
Post a Comment