Monday, September 6, 2010

Antitesis Pembaharuan Muhammadiyah

Judul Buku:
Satu Abad Muhammadiyah
Mengkaji Ulang Arah Pembaharuan
Penyunting:
Taufik Hidayat dan Iqbal Hasanudin
Penerbit:
Paramadina. Jakarta
Tebal:
xxxiv + 248 halaman

Dawam Rahardjo adalah figur yang acapkali dipersoalkan karena banyak pemikirannya dianggap "tidak sejalan dengan Muhammadiyah". Terlebih setelah Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang 2005 lalu, Dawam yang merasa dipecat dari Muhammadiyah, sikap dan pandangannya semakin kurang mendapatkan simpati dari warga Muhammadiyah kebanyakan (awam). Namun sebaliknya, Dawam justru merasa senang dengan dikeluarkannya dari lingkungan (formal) Muhammadiyah. Karena dengan itu, dirinya merasa lebih bebas untuk menulis mengenai berbagai hal yang diyakininya (hal. 16).

Kali ini Dawam Rahardjo kembali menyorot Muhammadiyah di kala organisasi ini memasuki usia satu abad. Dawam melempar gagasan agar Muhammadiyah meninjau kembali visi dan misinya yang berorientasi pembaharuan. Menurutnya, sebetulnya Muhammadiyah telah gagal dalam mengembangkan pemikiran yang diilhami oleh pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh. Karena itu, Muhammadiyah menurut Dawam tidak tepat disebut sebagai organisasi pembaharu (hal. 5).

Namun, pandangan Dawam itu tidak melenggang begitu saja. Meski ada sejumlah hal yang tidak dapat dielakkan, namun tidak sedikit pula argumen-argumen Dawam yang direaksi balik oleh beberapa penanggap karena memang tidak didukung oleh fakta yang autentik. Dan, dalam kenyataannya memang Dawam mengakui tentang adanya fakta-fakta baru -yang belum pemah dilihat atau dibacanya dari sejumlah literatur yang dimiliki - tentang Muhammadiyah dulu dan Kiai Haji Ahmad Dahlan.

Karena itu, buku ini tetap menarik untuk menjadi bacaan warga Muhammadiyah. Kelebihan buku ini ialah argumentasi pelontar wacana-kritik dan penanggap dicetak dalam satu paket yang tidak terpisah. Sehingga pembaca tidak perlu bersusah payah untuk mencari pembanding lain, karena pandangan para penanggap pun sudah cukup komprehensif untuk mengimbangi pandangan-pandangan Dawam Rahardjo. [Anwari Khurzaman]

No comments:

Post a Comment