Saturday, September 11, 2010

Menumbuhkan Kepekaan Nurani

Oleh: Saifullah Al Ali MSI
Dosen FAI Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan STIT Muhammadiyah Kediri

Segala pujian kepunyaan Allah, kita memuji-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya, dan memohon ampunan-Nya. Dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kita dan dari keburukan amal-amal kita. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada satupun yang menyesatkannya dan barang siapa dise­satkan oleh Allah, maka tak satupun mampu memberi petunjuk kepadanya.

Jamaah sidang Jum'at yang dimuliakan Allah.

Pada suatu malam, saat kota Madinah terasa sangat dingin dan mencekam, seorang wanita Anshar menenun sebuah mantel besar dari beludru (menyerupai kain kapas). Setelah jadi, ia menghadiahkannya kepada Rasulullah saw, dan beliaupun mengambilnya. Beliau memakainya karena sangat membutuhkannya. Maka, untuk pertama kalinya, Rasulullah saw keluar dengan memakai mantel tersebut untuk menjumpai para sa­habatnya.

Tiba-tiba, seorang laki-laki dari kalangan Anshar melihat beliau seraya berkata, "Betapa indahnya mantel ini! Berikan untuk saya, wahai Rasulullah!" Rasulullah saw menjawab, "Ya." Dan saat itu juga Rasulullah saw pun melepaskannya.

Para sahabat melihat laki-laki Anshar ini dengan penuh keheranan. Seakan-akan mereka berkata, "Apa yang kamu lakukan? Bukankah Rasulullah saw sangat membutuhkannya?" Namun, laki-laki itu berkata, "Akan tetapi aku lebih membutuhkannya daripada Rasulullah saw. Aku akan menjadikannya sebagai kain kafan jika aku meninggal dunia kelak."

Mari bayangkan bersama. Kita pergi membeli baju baru dan memakainya untuk pertama kali. Kemudian kita pergi keluar; berjumpa dengan teman-teman kita. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata. "Berikan baju barumu kepadaku!" Kira-kira, apa yang kita lakukan?

Pada saat yang lain, kaum muslimin mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang) yang menumpuk dari penaklukan kota Makkah, Khaibar serta Tha'if Di antara ghanimah itu adalah sekelompok kambing yang berada di antara dua gunung.

Salah seorang Arab Badui melihat kumpulan kambing tersebut. Ia berkata, "Banyak sekali kambing-kambing ini." Rasulullah saw pun bertanya kepadanya, "Apakah engkau mengaguminya?" Badui tersebut menjawab, "Ya, tentu." Rasulullah saw kemudian berkata, "Kambing-kambing itu untukmu." Badui itu berkata, "Wahai Mu­hammad, benarkah apa yang kau katakan?" Beliau saw berkata, "Jika engkau ingin, ambillah! Ternak-ternak itu untukmu!"

Serta merta Badui itu mengambil kambing-kambing tersebut. Kepada kaumnya ia berkata, "Wahai kaumku, masuk Islamlah kalian! Sesungguhnya aku membawa kambing-kambing ini dari orang yang paling mulia dan paling baik. Sesungguhnya Muhammad saw memberikan pemberian yang dengannya kita tidak akan melarat untuk selamanya."

Demikianlah, padahal Nabi Muhammad saw sendiri prnah mengikatkan batu di perut beliau karena sangat laparnya. Dan tidak sedikit pula dari para sahabat melaku­kan hal yang sama.

Jamaah sidang Jum'at yang dirahmati Allah.

Yang semacam ini dalam akhlak Islam disebut dengan itsar. Yaitu mengutamakan saudara muslim yang lain dari pada diri sendiri. Konkritnya, memberikan nikmat duniawi yang kita miliki untuk saudara muslim, sehingga ia bersenang-senang dengannya, sementara kita tidak merasakannya.

Allah swt berfirman:
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون
(9) Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung
[QS. al-Hasyir (59): 9]

Setiap orang dari kaum Muhajirin hanya memiliki pakaian yang melekat di badannya. Meskipun mereka adalah orang-orang yang kaya di Makkah. Sedangkan sudah kita ketahui bahwa kaum Anshar adalah para petani, sementara kaum Muhajirin adalah para pedagang. Namun. sikap itsar yang diperlihatkan kaum Anshar sa­ngat sulit dipercaya akal. Kaum Muhajirin adalah saudara mereka. meskipun tanpa hubungan darah, kerabat atau ikatan apapun. Apa yang diperlukan kaum Muhajirin mereka berikan. meskipun mereka juga memerlukannya. Subhanallah.

Jamaah sidang Jum'at yang dirahmati Allah.

Salah satu pengaruh itsar adalah keberkahan yang melimpah. Allah swt ridla dan memberikan keluasan karunia kepada kita. Ketahuilah saudara-saudara, jika kita menahan dan tidak mau bersikap itsar, kita akan dijangkiti sikap atsarah. Yaitu lebih mengutamakan diri sendiri daripada orang lain, alias egois.

Sekarang. bukalah lemari pakaian. Kita akan menda­pati pakaian yang sudah dua atau tiga tahun tidak terpakai lagi. Di mana bentuk itsar kita? Perlihatkan kebaikan kita kepada Allah swt. Ketahuilah bahwa Rasulullah saw lebih mengutamakan orang lain, bahkan dengan orang yang baru dikenalnya. Oleh sebab itu, mulailah dari sekarang. Berikanlah sebagian pakaian kepada orang lain, sebagai bentuk itsar kita.

Jamaah sidang Jum'at yang berbahagia.

Hiasilah diri kita dengan sifat itsar, niscaya kita akan memperoleh kebaikan yang melimpah. Kita akan bertambah kaya hati dan pemurah. Sifat iri, dengki, benci clan dendam akan pupus dari diri kita. Rasulullah saw bersabda:
"Seseorang tidak (akan dikatakan) beriman sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. " (HR Bukhari)
Marilah kita lihat, sudahkah kita mencintai saudara kita seperti mencintai diri kita sendiri? Sudahkah kita berempati ketika saudara kita sudah? Atau turut berbesar hati saat saudara kita mendapatkan kenikmatan? Bahkan tidak hanya terhadap saudara sesama muslim, tetapi se­luruh manusia. Rasulullah saw bersabda:
"Cintailah manusia seperti engkau mencintai dirimu sendiri. " (HR. Bukhari)
Di Inggris pernah terjadi kasus penyelamatan seorang anak yang jatuh dari rel kereta api oleh seorang laki-laki. Alhamdulillah anak itu bisa diselamatkan. Namun. sebelah tangan laki-laki itu putus tersambar kereta api yang melaju kencang. Mungkin seumur hidupnya, anak itu tidak akan melupakan seseorang yang telah men­gorbankan sebelah tangannya untuk menyelamatkan nyawanya. Inilah itsar, lebih mementingkan orang lain di atas keegoisan pribadi. Setiap orang yang masih terjaga fitrahnya pasti memiliki sifat ini.

No comments:

Post a Comment