Sunday, September 5, 2010

Islam Jadi Denyut Nadi Rusia

Prof. DR. Syafiq A. Mughni MA.

Sejak perang dingin berakhir seiring dengan bubarnya Uni Soviet pada 1991, Amerika Serikat menjadi negara adidaya tunggal. Sementara itu Rusia, pasca Uni Soviet, menjadi negara yang "minder" di pergaulan internasional karena banyak masalah dalam negeri yang muncul.

Kini, sendi-sendi Islam di negeri "beruang merah" itu menggeliat dan menjadi energi positif untuk Eropa Timur. Pascabubarnya Uni Soviet, Islam menjadi agama kedua terbesar di Rusia, yakni sekitar 20 juta jiwa atau 15 persen dari 142 juta.

Syafiq A. Mughni, 26-27 Juni lalu, mewakili Indonesia dalam Konferensi Umat Islam Dunia bertajuk "Russia and the Islamic World: Convergence of Various Mazahib in Islam". Acara itu diselenggarakan di Hotel Izmailovo, Moskow, Rusia. Membahas secara komprehensif persiapan dunia Islam dan Rusia untuk membangun peradaban dan menjadi kiblat alternatif dunia, setelah AS.

Dalam lawatan itu, Ketua PWM Jatim ini banyak menemukan kondisi Rusia yang begitu berbeda. Masyarakat Rusia berhasil mengubur Komunisme yang sudah menyengsarakan Rusia selama 70 tahun itu. "Kini, umat Islam seolah menjadi pemompa denyut nadi Rusia untuk bangkit kembali," katanya. Tiga pekan lalu, Syafiq A. Mughni menerima MZ Abidin dari MATAN, di kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur. Berikut petikan wawancaranya:

Di era demokrasi ini, umat Islam di Rusia seolah mendapat angin segar untuk berkembang. Sejauh mana perkembangannya?
Perkembangannya cukup bagus. Hanya saja, berbeda dengan kebanyakan warga Muslim di sejumlah negara Eropa lain, komunitas Muslim Rusia bukanlah berasal dari kaum pendatang (imigran). Mereka merupakan penduduk asli negara yang sebelumnya bernama Uni Soviet dan keberadaannya telah ada sejak lama. Oleh sebab itu, umat Islam tidak bisa lagi dilepaskan dari denyut nadi kehidupan masyarakat serta negara. Sebagai contoh, pada perhelatan Olimpiade Beijing 2008, dari torehan 23 medali emas yang diraih kontingen atlet Rusia, sebanyak 10 di antaranya disumbangkan oleh atlet-atlet Muslim.

Bagaimana cara umat Islam menjadi antitesa komunisme?
Perkembangan umat Islam di tengah komunisme bisa disebut ada dua cara. Pertama, yang dilakukan Tarigat Nagsabandiyah, sebuah gerakan yang signifikan untuk menghadapi gerakan komunis. Mereka menggunakan strategi gerakan underground dalam penyebaran Islam. Dan tidak ikut dalam hiruk pikuk politik-pemerintahan komunisme sehingga menglami keterbelakangan dalam hal ini.

Kedua, gerakan Jadid, mereka adalah gerakan yang ikut dalam proses pemerintahan komunis dengan prinsip tetap ber-Tuhan. Sehingga gerakan ini membuahkan hasil SDM yang memiliki skill dan profesionalisme yang tinggi. Pikiran-pikiran modernis yang mempengaruhi kelompok ini hingga menjadikannya sebagai gerakan Islam paling maju sampai sekarang. Sekarang ini yang memegang peran dalam organisasi Islam ini mayoritas dari kelompok Jadid ini. Jadi, dia menjadi organisasi modern yang bisa dibilang mirip Muhammadiyah.

Sebenarnya sudah sejauh mana kebebasan umat Islam dalam berkreasi di Rusia?
Setelah komunisme kolaps, terbukalah kesempatan bagi gerakan Islam. Memandang Rusia pasca Soviet, seolah baru saja melihat metafora kesadaran baru. Masyarakat Muslim di sana sudah jauh berfikir maju. Mereka sudah bisa mengembangkan gerakan organisasi dan politik. Ada organisasi seperti An Nur, organisasi kebudavaan Islam yang mengurusi lembaga madrasah dan Universitas Islam.

Di dunia media, umat Islam juga sangat berperan. Mereka juga menerbitkan majalah, koran, media elektronik, dan sampai memfasilitasi jamaah haji dan sebagainya. Di situlah sepertinya yang saya sebut kebebasan untuk umat Islam dalam membangun lembaga.

Bagaimana dengan pengajaran indoktrinasi komunisme?
Sudah tidak ada. Pengajaran sejarah di sekolah-sekolah sudah sangat jauh berubah. Beberapa kali bertemu mahasiswa di sana, tampaknya sudah tidak lagi yang terbius oleh komunisme. Mereka lebih memilih kesempatan terekspos dengan budaya global dan masyarakat kapitalis.

Kerjasama dunia Islam-Rusia katanya ingin menjadi kekuatan multipolar sebagai penyeimbang Amerika Serikat. Benarkah itu?
Harapannya begitu. Hubungan kerjasama dunia Islam-Rusia ini mampu menjadi gerakan alternatif dunia. Karena melihat selama ini, dunia seolah hanya bergantung pada satu kekuatan adidaya Amerika Serikat saja. Sehingga butuh warna baru. dan untuk menjadi kiblat peradaban dunia internasional dunia Islam-Rusia sudah memulai itu.

Dalam konferensi itu, apa saja yang dibahas?
Ada empat tema dalam acara Russia and the Islamic World itu. Yakni, mengatasi konvergensi madzhab Islam, minoritas Islam di Rusia, terorisme, dan Islamophobia di Rusia. Dalam konvergensi madzhab, forum mencoba mencari jalan keluar untuk meminimalisir ketegangan antar aliran. Misalnya, ketegangan antara Sunni-Syiah.

Dengan empat topik itu, forum konferensi ingin merekomendasikan pemecahan persoalan dunia Islam dan Rusia. Ketegangan-ketegangan antara aliran itu supaya dikelola secara positif dengan diberi keluasan dialog antara mereka. Hal ini dilatarbelakangi oleh bervariasinya masyarakat Islam di Rusia yang 80 persen Sunni, 20 persennya Syiah. Bagaimana supaya tidak terjadi ketegangan antara dua aliran ini dalam masyarakat.

Ragam varian aliran Islam di Rusia itu seperti apa?
Selain Sunni dan Syiah, di sana juga muncul gerakan radikal yang salafi. Gerakan yang punya cita-cita mempersatukan negara Islam menjadi sistem khilafah. Kemudian, ada juga gerakan Islam (garis keras) yang tidak memberi porsi variasi pemikiran keagamaan. Ini merupakan problem tersendiri pemerintah.

Dalam konferensi itu topik apakah yang Anda urai?
Saya menyampaikan perlunya pemahaman yang lebih otentik terhadap perkembangan umat Islam dengan mengembangkan ijtihad. Kalau perbedaan itu bisa ditempuh secara ijtihad, bila salah dapat 1 dan bila benar dapat dua pahala.

Saya juga menyampaikan tentang pentingnya pendidikan agama bersih Bari diskriminasi dan tidak berbau distorsi. Dalam mengatasi ini, menurut saya adalah, harus memberikan kesadaran toleransi dan pemahaman yang lebih luas tentang makna agama. Jika pemahaman yang ada sudah luas, maka tercipta generasi yang bisa saling menghormati antar agama.

Sementara untuk mengatasi konflik yang disebabkan stereotype "Islam Agama Kekerasan", bagaimanakah Rusia melakukannya?
Untuk mengatasi minoritas Islam, forum mencoba mengatasi dengan cara menstimulasi pemerintah untuk memberi kebebasan dan memberi porsi kesejahteraan ekonomi yang sama bagi umat Islam. Sebab, umat Islam di sana juga merupakan masyarakat Rusia yang layak diberdayakan.

Sementara, terorisme menjadi masalah yang dilematis. Di Rusia, memang ada negara-negara yang sudah merdeka dari konfederasi. Sehubungan dengan kebangkitan Islam di sana juga ada kelompok radikal ekstrem yang menginginkan wilayahnya merdeka.

Hal inilah yang juga menjadi satu alasan munculnya gerakan sparatis berlabel Islam untuk kemudian ingin merdeka. Sebenamya gerakan kelompok ini tidak sepenuhnya didukung umat Islam.

Urutan problem konflik ini kemudian terakumulasi dan menjadi label Islamophobia. Dengan kebangkitan Islam, gerakan sparatis, isu terorisme maka citra negatif muncul di tingkat masyarakat dalam memandang Islam. Misalnya, mencurigai orang yang berjilbab, orang Islam selalu mengancam keselamatan, dan sebagainya.

Itu problem yang dibahas dalam konferensi itu dan Pemerintah sebenarnya sudah berupaya mencoba memberi penjelasan.

No comments:

Post a Comment