Oleh: Mulyana AZ S.Pd., M.Psi.
Ketua Jaringan Pengembangan Sekolah/ Madrasah Muhammadiyah Jawa Timur
Sesungguhnya sekolah Muhammadiyah sudah cukup lama berbicara mutu. Namun, seiring dengan perkembangan pendidikan yang semakin dahsyat, sekolah Muhammadiyah sudah saatnya mengevaluasi lagi strategi pengembangan mutu yang saat ini telah dilaksanakan. Dengan nafas dan nutrisi seabad Muhammadiyah, saatnya kita perlu duduk bersama kembali untuk membangun inovasi pengembangan budaya mutu sekolah yang lebih efektif.
Sekolah-sekolah yang memiliki keunggulan atau keberhasilan pendidikan dan selalu berbicara
masalah mutu lebih dipengaruhi dari kinerja individu dan organisasi itu sendiri yang mencakup nilai-nilai (values), keyakinan (beliefs), budaya, dan norma perilaku yang disebut sebagai the human side of organization (sisi / aspek manusia dan organisasi).
Hal tersebut sesuai apa yang telah dilakukan oleh Frymier dan kawan-kawan (1984) dalam penelitian One Hundred Good Schools, yang menyimpulkan bahwa iklim atau atmosphere sekolah, seperti hubungan interpersonal, lingkungan belajar yang kondusif, lingkungan yang menyenangkan, moral dan spirit sekolah, berkorelasi secara positif dan signifikan dengan kepribadian dan prestasi akademik lulusan.
Selanjutnya para pelaku di sekolah Muhammadiyah sudah harus menjadikan pengembangan budaya mutu menjadi urat nadi dalam mengemban amanah dan menjadikan mutu sebagai satu tujuan yang hendak dicapainya. Selama budaya mutu tidak digunakan sebagai roh dalam pengembangan kualitas sekolah, lambat tapi pasti, sekolah Muhammadiyah akan tertinggal dengan perkembangan zaman itu sendiri. Dan ketika perkembangan zaman sudah tidak dapat diikuti, sekolah Muhammadiyah juga akan ditinggal pelanggannya (baca: wali murid).
Budaya mutu sekolah adalah keseluruhan latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim sekolah secara produktif mampu memberikan pengalaman dan bertumbuhkembangnya sekolah untuk mencapai keberhasilan pendidikan berdasarkan spirit dan nilai-nilai yang dianut sekolah.
Dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional (2000) telah merumuskan beberapa elemen budaya mutu sekolah sebagai berikut: (1) informasi kualitas untuk perbaikan, bukan untuk mengontrol, (2) kewenangan harus sebatas tanggung jawab, (3) hasil diikuti rewards atau punishment, (4) kolaborasi dan sinergi, bukan persaingan sebagai dasar kerjasama, (5) warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya, (6) atmosfir keadilan, (7) imbal jasa sepadan dengan nilai pekerjaan, dan terakhir (8) semua warga sekolah merasa memiliki sekolah.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Majelis Dikdasmen PWM Jawa Timur pada lima tahun terakhir ini telah memiliki beberapa sekolah unggulan yang dijadikan sebagai sekolah model bagi sekolah lain untuk bercermin. Tetapi predikat sekolah unggul yang disandang masing-masing sekolah tersebut tidak akan mempunyai nilai lebih jika budaya pengembangan mutu yang ada di dalamnya tidak dijaga dan dikembangkan dengan baik.
Walau sesungguhnya pengembangan budaya mutu sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah, selaku pemimpin pendidikan, namun peran serta seluruh warga sekolah sangatlah perlu. Kalau kita cermati bersama, proses pengembangan budaya mutu sekolah dapat dilakukan melalui tiga tataran, yaitu (1) pengembangan pada tataran spirit dan nilai-nilai; (2) pengembangan pada tataran teknis; dan (3) pengembangan pada tataran sosial.
Spirit berarti semangat, maka kita harus selalu mempunyai semangat dan kemauan keras untuk mengembangkan budaya disiplin, menjaga kebersamaan, selalu meningkatkan kualitas, menjaga kejujuran, percaya diri dan kerja keras. Sedang pengembangan mutu dari tataran teknis berarti bahwa kualitas sekolah secara teknis dapat selalu dikembangkan kualitasnya. Sehingga kepercayaan masyarakat kepada sekolah kita tetap selalu tedaga dengan baik.
Untuk dapat mewujudkan pengembangan budaya mutu di sekolah secara efektif, kita juga harus mempunyai kepala sekolah yang efektif pula. Sedang kepala sekolah efektif adalah kepala sekolah yang harus mengetahui (a) mengapa pendidikan yang baik diperlukan di sekolah, (b) apa yang diperlukan untuk meningkatkan mutu sekolah, dan (c) bagaimana mengelola sekolah untuk mencapai prestasi yang terbaik.
Secara umum, ciri dan perilaku kepala sekolah efektif dapat dilihat dari tiga hal pokok, yaitu: (a) kemampuannya berpegang kepada citra atau visi lembaga dalam menjalankan tugas; (b) menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah, dan (c) memfokuskan aktivitasnya kepada pembelajaran dan kinerja guru di kelas.
No comments:
Post a Comment