Demokrasi Ala Matahari
Pembukaan Muktamar satu abad Muhammadiyah begitu luar
biasa. Satu juta penggembira berjejal menyesaki areal sekitar stallion Mandala Krida Yogyakarta, tempat pembukaan. Hampir tak ada ruang kosong baik di dalam stallion maupun di halamannya. Bahkan, untuk berjalan menuju tempat acara pun harus berdesak-desakan.
Kondisi ini memaksa penggembira, apalagi yang tidak bertiket, berjuang dengan ragam cara hanya untuk melihat acara seremonial tersebut. Salah satu cara mengerikan, adalah memanjat menara stadion setinggi kira-kira lima puluh meter. Meskipun dilarang panitia, ada saja penggembira yang melakukannya. Bahkan terdapat ibu-ibu yang turut menaiki karena rasa penasarannya supaya dapat melihat pembukaan acara secara langsung.
"Gak apa-apalah Mas, sekali-kali naik menara, supaya bisa melihat pembukaan secara langsung," tutur Masyitho (37) salah satu penggembira dari Bojonegoro. Namun, perjuangan mereka keluar Bari desakan kerumunan manusia terobati oleh berbagai penampilan atraktif.
"Kelinci" Masuk Muktamar
Transportasi yang lancar merupakan salah satu kunci kesuksesan muktamar. Berbeda dengan ragam arena mana pun, jasa transportasi yang digunakan dalam muktamar ini cukup unik: Kereta Kelinci. Dalam arena muktamar, mobil yang biasanya akrab dengan dunia anak ini, sejenak bercengkrama dengan para orang tua. Ia menjadi tempat duduk para anggota muktamar dari tempat penginapan menuju tempat sidang, dan begitu sebaliknya.
Kereta Kelinci yang disediakan panitia berjumlah 20 buah tersebut, setiap kali berjalan selalu penuh. Bahkan. mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah prof DR Ahmad Syafii Maarif pun tertarik menaikinya. Padahal kebanyakan "orang besar" lainnya lebih memilih naik mobil yang disediakan panitia lokal daripada naik kereta kelinci ini. Saat panitia menawarinya untuk naik mobil, pria yang menjadi inspirasi bagi Novelis Damien Dematra dalam novel Si Anak Kampoeng' ini hanya menjawab dengan senyum "nggak... nggak apa-apa, saya naik kereta kelinci saja bareng yang lainnya," ujarnya tersenyum. Keberadaan kereta kelinci ini dinilai sangat membantu kelancaran acara. Muktamirin tidak perlu berjalan menuju tempat acara atau ke tempat-tempat-pameran karena kereta kelinci selalu ada di kawasan kampus UMY.
Absensi Otomatis
Muhammadiyah memasuki era digital. Terbukti ID Card peserta Muktamar tidak lagi manual, tetapi sudah digital. Pemakaian ID Card digital ini adalah yang pertama selama muktamar beberapa kali dilaksanakan. Penggunaan program digital secara tidak langsung juga menunjukkan jika Muhammadiyah telah siap memasuki abad kedua, yang memang harus dihadapi dengan penggunaan teknologi.
Karena pemauaian ID Card digital ini, beberapa peserta Bering kali keluar-masuk arena muktamar hanya untuk mencoba kecanggihan program ini. Raut muka mereka nampak penasaran, menoleh kanan-kiri dan mengangkat ID Cardnya ketika melewati alat detektor tersebut.
Banyak hal positif yang dapat diambil dari penerapan ID Card digital ini. Salah satunya untuk melihat kedisiplinan peserta yang hadir, dan mengetahui jumlah kuorum persidangan. Sebab, panitia tidak lagi harus disibukkan dengan menghitung tanda tangan peserta, tetapi mereka sudah bisa otomatis melihamya melalui bantuan teknologi detector tersebut.
Bahkan, alat ini juga menutup peluang bagi yang bukan peserta untuk masuk ruang sidang. Dengan demikian, muktamar steril dari penyusup, atau penumpang gelap. [fifin, nafi, abidin, kholid]
No comments:
Post a Comment