Saturday, December 4, 2010

Kerancuan Manajemen Haji

Oleh: Imam Munawwir
Dosen Fakultas Ekonomi - Universitas Muhammadiyah Jember

Hampir tiap menjelang pemberangkatan jamaah haji, umat Islam Indonesia dikisruhkan oleh manajemen penyelenggaraan haji. Terjadi kontroversi antara yang dikehendaki pemerintah dengan yang dikehendaki calon jama'ah. Pemerintah dengan berbagai dalih menghendaki biaya mahal, sementara calon jama'ah tentu saja menghendaki biaya murah. Sumber pemicunya, mulai dari biaya pemberangkatan dari daerah, biaya selama di Makkah, jauh dekatnya lokasi pemondokan, sampai batasan quota.

Pemerintah terkesan tertutup dan menyembunyikan tentang biaya yang sebenamya, sehingga mengundang masyarakat untuk curiga. Seperti kata sang psikolog, "Ketidaktahuan akan suatu masalah, akan melahirkan prasangka."

Meskipun setiap tahun seakan ada pembaruan di bidang penyelenggaraan, tetapi yang terjadi hanyalah sekedar perubahan tanpa kemajuan. Ada kalanya cuma ganti nama, dengan biaya yang percuma, karena tidak mengandung nilai guna. Salah satu upaya pengembangan pernah dilakukan Menag Tarmidzi Taher, yang dinamakan "Dana Abadi Umat". Pada saat itu dapat disisihkan dana sekian puluh miliar rupiah. Dan tahun ke tahun diharap agar dana itu terus berkembang dan tidak mengalami litbang (sulit berkembang). Sampai sejauh mana dana itu kini berkembang, dan digunakan untuk apa saja, agaknya kita orang awam sulit menelusurinya. Kita ingat lagu dangdut "Kau yang mulai, kau yang mengakhiri, kau yang berjanji, kau yang mengingkari. "

Setiap organisasi atau individu yang ingin bergerak maju dan berkembang, pasti memiliki pandangan jauh ke depan menuju kehidupan yang lebih mapan. Tentu saja melalui persiapan serta tahapan-tahapan. Karena manajemen Islami lebih mengedepankan process oriented (orientasi proses) ketimbang result oriented (orientasi hasil). Biasanya, sukses tanpa proses hanya akan menimbulkan ekses. Tentu saja setiap perjuangan, ada sandungan, itulah dinamika. Jiwa militan lebih berbahagia menerima sandungan ketimbang sanjungan, lebih senang menerima ujian ketimbang pujian. Tak heran bila ahli manajemen sependapat bahwa lebih baik pakai perencanaan tetapi gagal, daripada tidak pakai perencanaan sama sekali, karena dapat diketahui di mana letak kegagalan demi perbaikan.

Umat Islam Indonesia yang menduduki posisi mayoritas, tidaklah cukup hanya diantisipasi dari segi perkembangan penduduk, tetapi juga kesadaran dalam menjalankan agama serta pertumbuhan ekonominya, bahkan gaya hidupnya. Kuota haji yang tiap tahun hanya mendapat tambahan sekitar 5.000 orang tidaklah mampu menjawab tantangan masa depan yang selalu berubah. Bila penanganan manajemen seperti masa lalu, boleh jadi orang mendaftarkan haji, baru bisa berangkat kira-kira 10 hingga 15 tahun berikutnya atau bahkan lebih..Padahal, umumnya kehidupan ekonomi telah mapan sekitar umur 50 tahunan. Bila harus menunggu lima belas tahun, perjalannya sudah mendekati balikpapan (papannya dibalik) dan keburu dipanggil Tuhan.

Dalam sekolah manajemen ada gelar MBA, (Master of Business Administration). Biasanya yang sekolah di sini para praktisi yang sudah berpendidikan S1 di bidang ekonomi bisnis. Aktivitas kuliahnya lebih menekankan problem solving dan studi kasus ketimbang teori. Karena itu mereka layak menjadi pakar dan pemikir dengan gaya MBA (management by anticipation). Mereka mampu mengantisipasi dan membuat perencanaan secara matang karena berusaha terus menerus memantau kondisi masa depan yang selalu berubah, melalui strategi dan energi apa untuk mengatasinya, meski kondisi eksternal bersifat uncontrollable.

Yang lebih parah adalah MBA (management by accident). Golongan ini biasanya buta dan menutup masa, bahkan lari dari realita terhadap masa depan. Mereka melakukan sesuatu atas dasar tuntunan dari atas. Karena itu bila terjadi accident (kecelakaan, kegagalan), mereka menjadi bengong dan bingung. Setelah diatasi, ternyata ke depan masih terus ada perubahan dengan kebutuhan dan cara pemecahan yang berbeda. Tentu saja tak ingin mengetahui sumber masalahnya.

Rupanya Management By Accident (MBA) ditangani juga oleh MBA (memang bukan ahlinya). Mereka melakukan karena tugas, bukan karena profesionalisme yang dimiliki. Meski niatnya suci, tetapi caranya tak terpuji. Sabda Rasulullah saw: "Banyak amal yang nampaknya amal dunia, akan tetapi menjadi amal akhirat karena baik niatnya. Dan ban yak amal yang nampaknya amal akhirat, tetapi menjadi amal dunia karena jelek niatnya.

Bila dalam manajemen pada umumnya kita kenal mulai dari perencanaan, hingga berakhir pada evaluasi, maka dalam manajemen Islami dimulai dari niyyah, yakni yang menjadi sumber motivasi, kemudian kaifiyah atau strategi yang dilakukan, dan ghoyah, hasil yang dicapai. Ketiganya harus sejalan dan selangkah, tidak boleh menyimpang dari sibghah dan wijhah. Allahu a' lam.

No comments:

Post a Comment