Oleh: Nur Cholis Huda
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
Anda sudah nonton film 'Sang Pencerah' atau membaca novelnya? Bagi saya, ada yang baru tentang KH Ahmad Dahlan dalam film ini. Pendiri Muhammadiyah ini ternyata sangat piawai main biola. Di sampul novel 'Sang Pencerah' tulisan Akmal Nasery Basral juga bergambar Lukman Sardi (pemeran KH Ahmad Dahlan) main biola.
Hanung Bramantyo berhasil mengusung kisah kyai yang cerdas ini dengan segar. Dan khusus soal kepiawaian main biola, ditampilkan sangat inspiratif. Jazuli, salah seorang murid kyai bertanya: "Yang disebut agama itu sebenarnya apa kyai?"
Kyai tidak menjawab dengan definisi. Beliau malah mengambil biola lalu memainkan tembang Asmara Dana yang indah itu dan membuat mereka terbuai. "Apa yang kalian rasakan setelah mendengarkan musik tadi?" tanya kyai pada para santrinya
"Aku merasakan keindahan, kyai," kata Daniel. "Seperti mimpi rasanya," kata Sangidu. "Tentram. semua persoalan rasanya hilang," sambung Jazuli. "Damai sekali," tambah Hisyam.
"Itulah agama!" kata kyai sambil menatap satu persatu muridnya. "Orang beragama hidupnya merasakan keindahan, rasa tentram, dan damai. Agama itu seperti musik, mengayomi dan menyelimuti."
Kyai lalu menyerahkan biola kepada Hisyam dan menyuruh anak itu main. Hisyam menolak karena sama sekali tidak bisa main biola. Tetapi kyai terus menyuruhnya sebisanya. Maka terdengarlah suara kacau-balau, menyakitkan telinga dan mengganggu orang sekitarnya. "Nah, bagaimana dengan penampilan Hisyam tadi?" tanya kyai.
"Edan, berantakan," Jawab Hisyam. "Demikian juga agama," kata kyai. "Jika kita tidak mempelajari dengan baik, agama itu hanya akan membuat diri sendiri dan lingkungan terganggu."
Betapa sederhana dan cemerlang kyai Dahlan menjelaskan pengertian agama. Dengan lagu Asmaradana yang merdu, kyai memberi pesan kuat bahwa di tangan orang-orang yang memahami agama dengan baik dan mendalam, maka agama itu menjadi sesuatu yang indah, menentramkan, damai, dan memberi solusi. Kyai berhasil mengubah definisi agama yang abstrak dari para ahli ilmu kalam dan ahli fiqih menjadi konkrit, sederhana dan mudah. Para santri faham tanpa harus menghafal.
Sebaliknya dengan penampilan Hisyam, kyai memberi kesan kuat bahwa agama di tangan orang-orang yang kurang faham akan berubah menjadi gangguan ketentraman, bahkan bisa mengerikan seperti suara biola berantakan yang menyakitkan telinga.
Jika orang atas nama agama menyampaikan pesan dengan marah. bahkan kadang dengan kekerasan, maka sama sekali bukan ajaran agama karena agama tidak pernah mengajarkan kekerasan. Itu hanyalah orang yang belum paham soal agamanya, seperti Hisyam yang tidak paham memainkan biola.
Di tangan seorang maestro musik, lahir bunyi amat indah menyentuh rasa dan menentramkan hati. Sebaliknya di tangan orang yang belum mengerti musik, lahir suara yang menyakitkan telinga. Sayangnya, banyak orang yang baru belajar musik sudah merasa seperti maestro, bahkan berlagak seperti seniman besar. Dia tidak sadar bahwa musik yang dialunkan menyakitkan banyak orang.
Jangan-jangan kita termasuk orang yang berlagak itu. Seringnya tampil di muka umum atau banyaknya pujian dan tepuk tangan memang bisa memabukkan. Kita lalu tidak sadar siapa sebenarnya diri kita . Karena itu sikap rendah hati, tidak merasa benar sendiri serta kesediaan belajar dari orang lain amat kita perlukan.
Dahlan tampil selalu ramah, termasuk kepada orang yang menekan dan memfitnah. Dia sangat tegas tetapi tidak kasar. Kekuatan Dahlan justru pada ketegasan yang lembut, mengontrol emosi dengan pikiran sangat jernih. Roh dari semua itu adalah keikhlasan.
Tiba-tiba saya teringat pelajaran Al-Islam dan Ke-Muhammadiyah-an. Konon ini salah satu pelajaran yang paling tidak disukai siswa. Jangan-jangan gurunya sendiri juga tidak suka mengajarkan pelajaran ini. Mudah-mudahan semua ini tidak benar karena kita tak ingin sekolah Muhammadiyah kehilangan ciri khususnya. Tetapi bagaimana membuat pelajaran al-Islam menarik? Ini tugas besar kita semua. Butuh cara-cara seperti yang dicontohkan kyai Dahlan. Unik dan cerdik. Setiap kejadian bagi Dahlan menjadi sumber dakwah yang menarik. Bahkan ketika seorang siswa kentut di kelas dan suasana jadi gaduh. Dahlan tidak marah. Justru dijadikan pintu masuk menjelaskan soal syukur karena kentut adalah karunia Tuhan yang luar biasa. Para siswa terpukau dengan cara Dahlan mengajar. Akhirnya siswa Muslim dan non-Muslim ketagihan ingin diajar Dahlan.
Dahlan menjadi sumber inspirasi sampai hari ini. Tidak berlebihan Hanung memberi judul 'Sang Pencerah' untuk film yang dibuatnya ini.
No comments:
Post a Comment