Monday, February 7, 2011

Abdul Kadir Prawirokusumo: Kenal Muhammadiyah Lewat Olahraga

Nama:
Abdul Kadir Prawirokusumo
Lahir:
10 Oktober 1923.
Istri:
(alm) Hj Siti Ramlah.
Anak:
Muhtadi, Sufiyani, Fathurrahman. Rahmawati. Aminatuz Zahra, Nasrullah Kadir, Sa'adatul Qarinah.
Pengalaman Organisasi:
Ketua PDM Pamekasan 1964-2005.
Penasehat PDM Pamekasan 2005-2010
Ketua Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Cabang Pamekasan.
Sekretaris Perkumpulan Pencak Silat Kabupaten Pamekasan.
Kepala Departemen Penerangan Kabupaten Pamekasan.

Sebelum ada pembatasan dua kali jabatan Ketua (Umum) Muhammadiyah bngkat Pusat, Wilayah, dan Daerah, tidak sedikit sosok yang berkali-kali diamanahi pada posisi tersebut. Bukan karena alasan kekurangan kader, tapi faktor keikhlasan memperjuangkan Muhammadiyah lebih dominan.

Di luar nama AR. Fachruddin yang pemah menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah selama 22 tahun, sesungguhnya banyak aktivis yang dipercaya sebagai Ketua Umum berkali-kali pada kepemimpinan tingkat di bawahnya. Salah satunya adalah Abdul Kadir Prawirokusumo, Ketua PDM Pamekasan sejak 1964 hingga 2005. Kurun waktu 41 tahun tampaknya akan menjadi catatan 'rekor nasional'yang mustahil dipatahkan.

Serasa ingin bernostalgia, dia series mengamati gambar bangunan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim yang terpampang di cover belakang Majalah MATAN. Bangunan 'barn' itu memang be­lum bisa dilihatnya saat dia menjabat Ketua PDM yang mengharuskannya beberapa kali berkunjung ke kantor PWM untuk konsoli­dasi organisasi. Tak ketinggalan, dia yang saat itu berkopiah clan berbaju putih, cukup antusias untuk mengetahui perkembangan kepemimpinan PWM terbaru. Tak terkec­uali, hasil Musyawarah Wilayah Muham­madiyah yang baru kelar dilaksanakan di Jember, beberapa waktu lalu. "0. pak Thohir Luth ya sekarang," ujamya saat diberitahu nama Ketua PWM 2010-2015.

Melihat nama lengkapnya yang diakhiri dengan 'Prawirakusumo', mungkin banyak orang yang menduga bahwa sosok ini bukan ash Madura. Selain huruf vokal `o' lebih banyak disandang priyayi Jawa, nama ini jugs terasa asing menempel pada nama warga Madura. Namun, salah sangka, Abdul Kadir adalah benar-benar aktivis Mu­hammadiyah berdarah Madura tulen. Bukan penclatang, yang sejak lahir hingga sekarang pun menjalani aktivitasnya di pulau Garam tersebut. "Saga asli lahir di Pamekasan," tandasnya meyakinkan.

Terlahir pada 10 Oktober 1923, oleh orangtuanya dia sebenarnya hanya diberi nama Abdul Kadir. Tambahan Prawirokusumo baru dituainya saat me­masuki dunia pendiclikan, dan bertemu dengan seorang guru yang berasal dari pulau Jawa. *'Prawirokusumo merupakan nama pemberian guru says saat sekolah dasar. Jadi bukan karena keturunan ini atau itu," begitu prig 89 tahun ini berkisah tentang asal muasal nama Parwirokusumo. Sayangnya, penasehat PDM Pamekasan periode 2005-2010 sudah tidak ineat persis nama guru yang menambahkan nama tersebut.

Merujuk catatan pendirian Muham­madiyah Cabang Pamekasan, yakni tahun 1928, Abdul Kadir kecil memang termasuk orang yang punya perhatian lebih pada perkembangan Muhammadi­yah. Apalagi kantor clan pusat kegiatan Muhammadiyah berada di Kacamatan Kota Pamekasan, tempatnya menyelesaikan pendidikan tingkat dasar hingga menengah. Berbeda dengan banyak tokoh lain yang jatuh cinta pada Muhammadlyah karena faham kemajuan yang dibawanya. dia justru memujanya karena berbagai ketangkasan berolahraga pars aktivis Muhammadiyah.

Sejak berclini. kepemimpinan dan ak­tivitas Muhammadiyah Pamekasan me­mang terasa sangat kurang terarsip secara rapi. Praktis sejak berstatus cabang pada 1928 hingga berstatus daerah pada 1964, tidak ada dokumen, apalagi resmi, yang menceritakan jejak perjuangan Muham­madiyah di Pamekasan. Padahal pada masa itu, aktivitas Muhammadiyah tergolong aktif karena model-model kegiatannya langsung bersentuhan dengan denyut nadi umat serta masyarakat lugs. Kegiatan clakwah ticlak selalu dilakukan di masjid-masjid serta dari rumah ke rumah. tetapi juga dilakukan di area terbuka.

Kondisi ini setidaknya bisa ditelu­suri dari pengakuan Abdul Kadir ten-tang bagaimana dia berkenalan dengan Muhammadiyah. Kecintaannya terhadap organisasi yang didirikan KH Ahmad
Dahlan ini tidak terjadi saat dirinya sudah menginjak usia dexvasa, tetapi tertanam sejak duduk di bangku sekolah dasar. "Sava terpikat dengan Muhammadiyah karena sering me­lakukan aksi-aksi pertunjukan yang cukup menarik," kisahnya. Atraksi yang sering ditampilkan Muham­madiyah adalah olahraga pencak silat clan sepakbola, yang diapun ikut bergabung dalam keduanya.

Keikutsertaan Abdul Kadir dalam sepakbola Muhammadiyah ini meng­antarkannya sebagai atlet sepakbola di klub Persyarikatan Sepakbola Pemuda Indonesia (Perspindo). "Says memang ticlak pernah menempati posisi tertentu secara permanen. Kadang sebagai stiker, gelandang. dan bek kiri," ingatnya tentang salah satu hobinya itu, di luar pencak silat dan bulutangkis.
Berkat sepakbola pula, Abdul Kadir menjadi sosok penting Pamekasan dalam denyut nadi olahraga terpopuler tersebut. "Pemah menjadi Ketua PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) Kabupaten Pamekasan,"tambah Abdul Kadir tentang aktivitasnya di luar Muhammadiyah. Se­mentara dalam dunia persilatan, dia juga dipercaya sebagai Sekretaris Perkumpulan Pencak Silat Pamekasan. '`Saar itu IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia) memang belum ada," jelasnya.

Layaknya pemain sepakbola atau pencak silat yang pantang menyerah, spirit patriotisme ini pula yang mengantarkan Abdul Kadir menjadi sosok aktivis yang tangguh dalam pergerakan Muhammadiyah. Abdul Kadir tetap setia menggawangi per­jalanan Muhammadiyah Pamekasan, meski halangan dan tantangan di daerah'minoritas' selalu bersilih ganti clatang. Tidak terkecuali saat istrinya, Hj Siti Ramlah, meninggal dunia pada 1976, semangat pengabdiannya terhadap Muhammadiyah tidak luntur.

Kehadiran Abdul Kadir dalam kepe­mimpinan Muhammadiyah Pamekasan tampaknya menjadi era tersendiri. Ketika dirinya diamanahi sebagai Ketua pada periode 1964-1968, saat itu pula status Muhammadiyah cabang Pamekasan berubah menjadi daerah. Era kepemimpin­annya saat itu didominasi oleh kaum muds, bahkan Abdul Kadir yang masih berusia 41 tahun pun sudah dicatat sebagai `tertua'. "Saar itu saga dipilih sebagai Ketua karena dianggap yang tertua, clan yang sedikit punya kecakapan." begitu jelasnya tentang alasan bagaimana ketika dirinya pertama kali dipilih sebagai Ketua PDM dalam musvaNN-arah yang diseleng­garakan di Kecamatan Kota Pamekasan.

Totalitasnya dalam ber-Muhammadiyah clitunjukkan dalam bentuk kesediaannya untuk selalu menerima jabatan Ketua setelah periode 1964-1968. Dalam lima periode selanjutnya, dia tetap dipercaya sebagai Ketua PDM oleh warga Muhammadiyah Pamekasan. Barulah setelah ada pembatasan maksimal dua kali untuk jabatan Ketua (Umum), dia punya alasan untuk tidak dipt­lih sebagai Ketua. "Selain itu, demi jalannya regenerasi dalam. Muhammadiyah Pameka­san," begitu alasan lain tentang penyegaran PDM Pemakasan 2005-2010, yang akhimya dipimpin Drs Imam Santoso MSi.

Sesuatu yang nampak menonjol dari pnbadi Abdul Kadir adalah kesederhanaan. kejujuran, dan keikhlasan. Pekedaannya sebagai Kepala Dapartemen Penerangan Pamekasan, juga menandakan jika Mu­hammadiyah dalam era kepemimpinannya mampu menjaga hubungan baik dengan pemerintah, dan bekerja sama secara wa­jar. Sikap clan kebijakannya ini membuat warga Muhammadiyah Pamekasan merasa teduh, aman dan memberikan kepercayaan yang besar kepadanya.

"Dukanya ketika bertemu dengan aliran lain yang bertentangan dengan Muhammadiyah," begitu pengalaman duka yang sering dialami saat meng­gawangi Muhammadiyah. Abdul Kadir sadar j ika perkembangan Muhammadiyah tentu menclapat godaan dan hantaman dari berbagai pihak yang tidak menghendaki Muhammadiyah menjadi besar clan berkembang. Apalagi jika merujuk kes‑
ejarahan Pamekasan sebelum 1950-an, Muhammadiyah memang dihadapkan dengan tantangan yang ticlak ringan. Tidak terkecuali fitnah dengan melontarkan Muhammadiyah sebagai agama baru.

Namun, semua hambatan itu mampu dilalui Muhammadiyah Pamekasan dengan Abdul Kadir sebagai sosok terdepan. "Sifat ketaatan clan militansi warga Muhammadiyah sungguh luar biasa," paparnya tentang resep bagaimana mampu melintasi zaman. Militansi warga Muhammadiyah dibangun melalui berbagai pengajian, sehingga mendorong mereka untuk berjuang secara total. Ruh gerakan selalu diperkuat ke dalam sanubari warga Muhammadiyah, sehingga hambatan apapun dianggap ticlak seberapa.

Kesan tentang ketaatan warga Mu­hammadiyah pada eranya itu pula yang membuatnya berpesan agar generasi sekarang tetap menjaga sikap tersebut. "Warga Muhammadiyah harus betul-betul tact pada tuntunan yang telah ditetapkan Muhammadiyah. Sebab, organisasi ini bukan seperti aliran yang menyimpang, tetapi benar-benar berlandaskan pada ajaran Islam," pesannya. Muhammadiyah adalah sarana untuk mengembalikan umat kepada ajaran Islam yang benar sesuai dengan sumbernya yang utama.

No comments:

Post a Comment