Friday, December 10, 2010

Rancu Pikiran, Rancu Tindakan

Judul Buku:
Salah Kaprah
Penulis:
DR Maufur & Adi Ekopriyono
Penerbit:
Delokomotif, Yogyakarta
Tebal:
3364 halaman

Bahasa adalah bangsa. Bahasa yang berkembang tidak logis mencerminkan suatu bangsa sedang dilanda 'wabah' ketidaklogisan. Banyak logika yang terbalik-balik. Kedengaran aneh -logika kok tidak logis- tapi itulah yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kalimat rancu, tapi seakan telah menjadi bahasa baku dalam kehidupan. Contohnya, "habis kecing, harap disiram air" sebagaimana yang selalu tertempel di dalam toilet-toilet umum. Seorang pakar bahasa Indonesia yang bisa berfikir logis pasti akan memberi pengertian bahwa setelah kencing, seseorang harus disiram air. Padahal untuk mendapatkan hal yang logis, seharusnya kalimat itu berbunyi "setelah kencing, harap menyiram air".

Contoh di atas hanyalah salah satu ketidak-logisan bahasa. Menariknya, dalam buku ini justru masih ada sembilan puluh sembilan lagi peristiwa sehari-hari yang mengandung logika terbalik dan tidak logis itu. Karena itu, kejelian penulis dalam merekam dan mendeskripsikan berbagai peristiwa sehari-hari patut diacungi jempol. Mungkin hanya orang-orang yang terbiasa bertindak salah kaprah dan berfikir tidak logis saja yang tidak memiliki ketertarikan terhadap buku ini. Karena itu, Ketua Umum Pusat Studi Kelirumologi, Jaya Suprana, mengakui kekaguman­nya dan sekaligus keharuannya terhadap buku ini.

Menurut Jaya, dua orang penulis buku ini dipandangnya sebagai putra terbaik Indonesia karena mampu menulis dengan baik, mau dan mampu mengangkat kekeliruan-kekeliruan yang dianggap tidak keliru itu ke permukaan kesadaran. Pengangkatan ini merupakan upaya sangat penting dalam proses telaah kelirumologi. Sebab kekeliruan yang paling parah adalah kekeliruan yang sudah terlanjur mengaprah, yaitu kekeliruan yang tidak disadari. Akibat tidak disadari, maka ia menjadi kekal karena dianggap tidak keliru. Sehingga jika tidak ada lkhtiar untuk mengoreksi kekeliruan yang terlanjur dilumrahkan, ia dianggap tidak keliru! (hal. 19-20).

Karena itu, dijamin tidak akan rugi dengan memiliki dan membaca buku ini. Selain banyak contoh perilaku lucu dan sekaligus konyol sehingga bisa membuat diri kita tersenyum sendiri - padahal kita sendiri yang memerankan perilaku lucu dan konyol itu - juga sebagai media koreksi terhadap kesalah-kaprahan sikap kita selama ini yang terlanjur dianggap tidak salah kaprah. Buku ini benar-benar asyik dan mengasyikkan karena banyak menyuguhkan hal yang paradoks dan rancu.

No comments:

Post a Comment