Tuesday, March 15, 2011

Anwar Baiduri: Perhentian di Jalan Dakwah

Sore itu, Anwar Baiduri masih bercanda dengan cucunya lewat pesan singkat. Setelah beberapa kali saling balas SMS, tiba-tiba dadanya terasa sesak. Dibaringkan oleh
istrinya, sambil dipanggilkan ambulan. Dari pukul 17.00 hing­ga azdan Isya' ambulance baru bisa datang. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Anwar Baiduri, Wakil Ketua PDM Kota Probolinggo periode 2005-2010 meninggal. "Mungkin ini su­dah jalan yang diberikan Allah," kata Hj Junaidah, sang istri, kepada MATAN saat berta'ziyah di rumah, Jl Coktoaminoto Gg Aruman 231, Kota Probolinggo.

Sepertinya, kenangan canda tawa dengan cucunya yang di Yogyakarta itu yang masih membekas di benak Hj Junai­dah. "Karena saat di rumah dan ada waktu senggang, bapak memang suka menggoda cucunya itu," kenang istri yang juga aktif di PD Aisyiyah Kota Probolinggo ini.

Sebagai salah satu pejuang Muhammadiyah Probolinggo, teladan seorang Anwar patut diingat kembali. Kesantunan­nya dalam berdakwah, semangatnya dalam organisasi dan kiprahnya di instansi luar Muhammadiyah, begitu disiplin. Di Muhammadiyah kiprah Anwar sudah dimulai sejak muda. Sebagai putra daerah, dia ingin Muhammadiyah terus berkibar di daerahnya. Manjadi ketua PCM Pendil tiga perio­de (tahun 1985-2000) adalah pilihan perjuangan untuk terus mengobarkan api Islam di Pendil dan Kraksaan. Kemudian, Anwar masuk sebagai Wakil Ketua Pimpinan Daerah Mu­hammadiyah.

Ia mendapat sarjana muda tahun 70-an dari IAIN Yogya­karta, keinudian mengajar di PGA Malang. Lalu, ketekunan­nya di bidang pendidikan ini membawa Anwar menjadi PNS di Depag Probolinggo, hingga pensiun. Amanah dan disiplin merupakan dua sifat yang mencirikan Anwar Baiduri. "Sosok Anwar bagi saya adalah senior, guru dan sekaligus sahabat ter­baik," tutur ketua PDM kota Probolinggo, Moh. Nurhasan.

Almarhum juga sering memberi contoh-contoh kecil soal hidup sosial yang benar. Nurhasan berkisah, suatu ketika An­war Baiduri mau pensiun dan Depag kemudian mengajaknya untuk mengembalikan sepidol dan penghapus yang kebetulan terbawa di rumah. "Ketika saya tanya: cuma mengembaikan itu pak? Beliau menjawab iya, ini harus dikembalikan, sebab bukan milik saya," terang Nurhasan keheranan.

Kesantunan anwar juga terpancar ketika bergaul di or­ganisasi. Pria kelahiran tahun 1942, ini tidak mau menegur kawan atau anggota di pimpinan daerah secara terang-terangan di depan orang banyak. "Tapi, seringkali beliau memanggil orang yag bersangkutan dan memberi arahan secara pribadi, tidak di tempat umum," kata Nurhasan.

Menurut Nurhasan, cara berdakwah Anwar juga disiplin. Dia tidak mau perkara akidah dicampuradukkan dengan hal lain. Misalnya bagaimana menjalankan shalat tepat waktu dan lain sebagainya. "Menurut almarhum, hidup secara Islam adalah amanah dan disiplin. Bila mampu bertanggung jawab kepada Tuhan, berarti juga akan bertanggung jawab sesama manusia," tuturnya menirukan.

Pribadi Anwar yang teguh pendirian juga tertanam di benak Drs Masyfuk, sekretaris PDM. Menurutnya, almarhum sangat disiplin soal Tauhid. Baginya, Tauhid adalah pondasi manusia beragama. "Orangnya keukeh dalam pendirian, hal­hal yang berkaitan dengan aqidah benar-benar diperhatikan," tutur Masyfuk.

Pasca pensiun, kehidupan Anwar dihabiskan di mimbar dakwah dan Muhammadiyah. Di PCM Pendil, Anwar bertu­gas mengisi pengajian ranting bergiliran. Ada 4 ranting yang menunggu kehadiran Ustazd Anwar Baiduri untuk memberi pengajian Fiqih. Sedang untuk PDM, Anwar berduet dengan Masyfuk dalam pengajian `Reboan'. Pengajian setiap hari Rabu ini dikhususkan untuk orang tua, yaitu bapak-ibu pen­siunan. "Pak Anwar mengisi dulu bagian tauhid, selanjutnya saya yang mengisi bagian akhlak," terang Masyfuk.
Kini, dua jamaah itu begitu kehilangan seorang yang teguh dan disiplin. Seorang shaleh yang mampu memberi petunjuk di jalan Tuhan. Anwar Baiduri telah pergi, meniggalkan seorang istri dan empat anak. Dia berhenti di jalan dakwah. Semoga menjadi syahid.

No comments:

Post a Comment